.
Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah, Balerante, Cirebon
Pondok Pesantren walaupun dikategorikan sebagai lembaga pendidikan tradisional yang memiliki sitem pengajaran tersendiri, dan itu menjadi ciri khas sistem pengajaran/metode yang membedakan dari sistem-sistem pengajaran yang dilakukan dilembaga pendidikan formal.
Metode merupakan sebuah sarana/cara untuk mempermudah penyampaian sesuatu yang akan disampaikan. Demikian halnya metode pendidikan merupakan sebuah sarana/cara untuk mempermudah proses belajar dan mengajar. kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah, Balerante Cirebon menggunakan Manhaj Kutubul Qodimah / kitab-kitab klasik (Kitab Kuning) yang menggunakan bahasa jawa dalam pemberian makna dan keterangan materi, demikian halnya Pondok Pesantren Al-Jauhariyah, Balerante menggunakan sistim tradisional yang kebanyakan digunakan oleh pondok pesantren pada umumnya.
Agar santri benar-benar mengerti dan memahami Manhaj Kutubul Qodimah / kitab-kitab klasik dalam hal ini Kitab Kuning, maka perlu bimbingan-bimbingan khusus baik dari Kyai maupun para Asatidz yang telah ditunjuk Kyai untuk melaksanakan bimbingan tersebut.
Beberapa metode pengajaran yang diberlakukan di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah, Balerante, diantaranya adalah : Sorogan, Weton/Bandungan, Hafalan (Muhafadzah) atau Tahfizh dan Muhawarah atau Muhadatsah. Metode-metode pembelajaran tersebut paling banyak diterapkan dilembaga pendidikan pondok pesantren.
Metode Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa) yang berarti menyudorkan, sebab setiap santri menyudorkan kitabnya dihadapan Kyai atau Asatidz. Sistem sorogan ini merupakan belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan seorang Asatidz, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.
Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang Santri yang bercita-cita sebagai orang alim. Sistem ini memungkinkan seorang Asatidz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang Santri dalam menguasai bahasa arab. Dalam metode sorogan, Santri membaca Kitab Kuning dan memberi makna, sementara Asatidz mendengarkan sambil memberi catatan, komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Metode ini diberikan kepada Santri-Santri yang baru menyelesaikan tingkat dasar (Ibtidaiyah) dan tingkat menengah (tsanawiyah) yang segala sesuatunya perlu dibekali.
Metode Wetonan/Bandongan
Metode bandongan disebut juga dengan metode wetonan. Pada metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau Asatidz terhadap sekelompok santri, untuk mendengarkan dan menyimak apa yang di bacanya dari sebuah kitab. Seorang kyai atau Asatidz dalam hal ini membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas teks-teks kitab berbahasa arab tanpa harokat (gundul). Sementara itu santri dengan memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan pendhabitan harokat, pencatatan symbol-simbol kedudukan kata, arti-arti kata langsung dibawah kata yang dmaksud, dengan keterangan-keterangan lain yang dianggap penting dan dapat membantu pemahaman teks. Posisi para santri pada pembelajaran dengan menggunakan metode ini adalah melingkari dan mengelilingi kyai atau Asatidz sehingga membentuk Halaqoh (lingkaran).
Metode Hafalan ( Muhafadzah ) atau Tahfizh
Hafalan, metode yang diterapkan di pesantren-pesantren, umumnya dipakai untuk menghafalkan kitab-kitab tertentu, semisal Alfiyah ibnu Malik atau juga sering juga dipakai untuk menghafalkan Al-Qur’an, baik surat-surat pendek maupun secara keseluruhan. Metode ini cukup relevan untuk diberikan kepada santri usia anak-anak, tingkat dasar, dan tingkat menengah. Pada usia diatas itu, metode hafalan tersebut diberikan sedikit demi sedikit, dan diterapkan rumus-rumus dan kaidah-kaidah.
Dalam metode hafalan para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di “setorkan” dihadapan Kyai atau Asatidznya secara priodik atau dadakan tergantung kepada petunjuk sebelumnya. Dengan demikian, titik tekan pada pembelajaran ini adalah santri mampu mengucapkan atau melafalkan sekumpulan materi pembelajaran secara lancar dengan tanpa melihat atau membaca teks.
Muhawarah atau Muhadatsah
Muhawarah adalah merupakan latihan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa arab. Aktivitas ini biasanya diwajibkan oleh Pondok Pesantren kepada para Santrinya selama mereka tinggal di Pondok Pesantren. Percakapan ini dilakukan antara sesama santri atau santri dengan Asatidznya, Kyainya pada waktu-waktu tertentu. Kepada mereka diberi perbendaharaan kata-kata bahasa Arab untuk dihafalkan sedikit demi sedikit, setelah santri banyak menguasai kosa kata, kepada mereka diwajibkan untuk menggunakan dalam percakapan sehari-hari. Dan banyak juga di pondok-pondok pesantren metode muhawarah ini yang tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam satu minggu atau dalam waktu-waktu tertentu saja.
~ romo n@b | ust. hamdan ~